POCONGLUDAH.COM - Eh, lagi asik-asiknya maen Gaple hakok tiba-tiba kumendengar sayup-sayup suara…. Juancokkkkk!!! (kami lari tunggang langgang sambil cepirit tivis-tivis, hahaha)
Waktu itu kumasih ingat betul, sebuah kejadian super kampret yang tak akan pernah kulupakan seumur hidup. Ceileh kayak udah senior banget yah umurnya, padahal umur juga masih seupil jagung gini, hahaha.
Timeline kejadian ini terjadi di kisaran tahun 2005/2006-an lah. Kala itu diriku baru menginjak bangku SMP. Nah, karena di tahun itu belum ada internet seperti sekarang. Ya, hal paling asik dan berfaedah yang bisa dilakukan oleh anak-anak muda super tanggung seperti kami ya tentu saja, MAIN GAPLE! Hahahaha, mohon jangan ditiru ya Sobat Tidak Terlihat.
Seperti anak muda pada umumnya di tahun-tahun itu, pastinya kalian juga pada punya kan sebuah tempat tongkrongan yang disebut basecamp, alias dibaca beskem. Yap, beskem terbaik kami kala itu berada di sebuah kamar teman, yang ternyata kamar itu berada di sebuah garasi mobil, dan yang ternyatanya lagi garasi mobil itu berada di sebuah rumah teman saya! (gila, ngerasa kena Genjutsu nda kalean? wakakakaka)
Nah, di kamar inilah semua kejadian naas itu menimpa kami berempat. Mungkin kujelasin dulu ya, siapakah kami berempat ini. Di sini ada Supar yang merupakan pemilik dari kamar kamvret ini. Lalu ada diriku, dirimu, dan dirinya kini ada di hatiku. Membawaku dalam kehancuran (anjrot mah nyanyi). Haha sori Sob, canda. Jadi ketiga sisanya ada diriku, Tarno, dan Tobir.
Nah, sebenarnya semua masih berjalan aman dan lancar jaya sampai tiba giliran si Supar (sang pemilik kamar kamvret) tiba-tiba kalah maen Gaple. Lalu sesuai perjanjian, barang siapa yang kalah dia harus jongkok di jendela sampai dia menang. Buahahahahaha mamammmm!!! (anjrot kami bertiga gembiranya setengah modar)
Kusangat ingat, detik-detik kekalahan si Supar ini tepat pada pukul 01:00 malam waktu setempat. Dan dengan semena-mena kami memerintahkan kepada si Supar untuk.
“Heh, ayooo jongkok sonoo di jendela biar kaya ayam nangkring kedinginan, wakakakakak.” (tawa kami bertiga memecah keheningan malam)
Eh, belum genap 5 menit si Supar jongkok alias nangkring di jendela, hakok tiba-tiba mak slenting, diriku mendengar sayup-sayup dari arah luar jendela tempat Supar jongkok, ada suara semacam wanita dewasa yang nangis sesenggukan.
“Eh, ini beneran kaga sih?” (batinku dalam hati)
Belum selesai otakku mencerna informasi ini, hakok tiba-tiba suara tangis sesenggukan itu berubah jadi tawa cekikikan tivis-tivis tapi merasuk banget di telingaaaa! Jancokkkkkk!!!
Sepersekian detik raut wajah bahagia penuh kemenanganku seraya berubah menjadi kecut dan kalut. Ingin rasanya kutanyakan ke si Tarno & Tobir. Tapi kok kutakut kalau ternyata mereka juga dengar gimana? Berarti itu beneran dong???!!!
“Aihhh stop, itu paling halusinasi.” (gumamku memantapkan sambil mencoba menenangkan diri)
Belum selesai kumenenangkan diri, tiba-tiba si Tobir yang memang kebetulan berada di sisi kiriku menabok pundakku.
“Buaghhhhh!!!”
“Heh, ayo mainin lagi, takut kalah lu?! Takut berakhir seperti si Supar yang sekarang nangkring di jendela? Hahaha.”
Seakan diberi kode keras, tanpa aba-aba kulangsung melanjutkan prosesi suci dari sebuah ritual Gaple, yaitu mengocok kartu, dan mendistribusikannya ke seluruh peserta sekte Gaple.
Usai mendistribusikan, kulihat list kartu-kartu Gaple di sela-sela jemari tanganku yang ternyata anjrottt, bagus semuaaa! Hahahaha.
“HUAHAHAHAHAHAH, AKU PASTI MENANG LAGI KALI INIHHHH!!!” (suara tawaku lantang menggema sampai ke sudut-sudut kamar, dan mungkin sedikit bocor ke kebon samping kamar, huhuhu maapppp :()
Nda tau kenapa mungkin ekspresi ketawa ini merupakan reflek alami dari diriku untuk menghilangkan rasa takut kala itu. Namun kalian tau apa yang terjadi setelah ini? Yha, tawa ini merupakan hal yang paling kusesali seumur hidup, hahahahahaha.
Baru sepertiga detik kumenyelesaikan tawa kemenangan yang ternyata juga kekalahanku ini, tiba-tiba kami berempat kompak sayup-sayup mendengar.
“khi… khi… khi…” (suara masih lumayan jauh)
“Khi… Khi… Khi…” (suara semakin mendekat)
“KHI… KHI… KHI…” (SUARA TEPAT DI BELAKANG SUPARRRRR!!!)
“KHIII… KHIII… KHIII… KHIII… KHIII… KHIII… KHIII…!!!” (JANCOKKKK SUARA TAWA CEWEK DEWASA INI SANGAT SERAM DAN MENGGEMA DI SEANTERO KAMARRR SUPARRRRRRRR)
“HWAAAAAAAA!!!!!!! (KAMI BEREMPAT LANGSUNG KABUR TUNGGANG LANGGANG KELUAR DARI KAMAR MENUJU GARASI KEMUDIAN MENUJU HALAMAN DEPAN RUMAH)
Dan ini juga sebuah kebodohan haqiqi yang kami berempat lakukan. Seharusnya kami lari ke arah dalam rumah dan membangunkan orang tua si Supar. Eh ini malah lari ke arah halaman yang notabene merupakan area yang terhubung langsung dengan kebon samping kamar Suparrrr.
Ketika kami berempat tepat menyelesaikan langkah kaki kami di halaman depan rumah. Entah mengapa kami berempat kompak menengok ke arah kiri kami, yang di mana di situ memang terdapat berbagai pohon besar, mulai dari Pohon Mangga, Nangka, hingga Rambutan, yang saking tuanya semua pohon itu sampai berlumuttt, huhuhuhu.
Nahhh, balik lagi ke episode kami berempat menengok ke arah kiri. Dan di situ, dengan sangat jelas dan kontrasssss. Kami berempat sepakat melihat sesosok mbak-mbak yang badanya kurus namun memiliki postur tubuh tinggi yang sangat jangkung. Mbak-mbak ini sedang berdiri di batang terbesar dari Pohon Mangga, dan rambutnya itu lhooo, juancokkkk menjuntai sampai ngglembreh menyentuh tanah cokkkkkk!!! Huhuhuhuhu.
Dan lebih jancoknya lagi, ternyata mbak-mbak itu nda sendiri cokkkkk. Tenyata di setiap batang pohon yang beraneka ragam itu, ada juga beberapa sosok mbak-mbak tapi juga bukan mbak-mbak (haduh gimana ya). Lalu kami sepakat menyebutnya sebagai Kunticilik dan Kuntibayi, karena bentuknya itu cokkkk masih di bawah 17 tahun, dan ada yang balitaaaa, jiancokkkkkkk tenan hahahahaha.
Lalu tepat pukul 01:07 waktu setempat, tanpa aba-aba kami langsung mengaktifkan sport mode di tubuh masing-masing (bodamat kehabisan bensin mahh). Lalu kami melarikan diri sekencang-kencangnya keluar gerbang rumah si Suparrr.
Diriku langsung dalam sport mode + auto mode ngacir ke rumahhhh sendiri yang hanya berjarak 100 meter dari rumah Suparrr (hahahaha beruntungnya diriku yang rumahnya paling dekat).
Baru sampai di depan pintu rumah, baru juga mengeluarkan kunci dari kantoong celana, tiba-tiba…
“Duagghhhhhhhh!!!!!” (Si Supar, Tarno, dan Tobir menabrak diriku di depan pintu rumah)
“Duhiyunggggggggg!!!!!!” (hakok ternyata si tiga orang penakut lainnya ikut ke rumahku toh)
“Hehhh!!! Ini kenapa kalian ikutan ke siniii?! Hehh, lu Suparrr, kenapa lu juga lari dari rumah sendiri???!!!”
“Jancokkk, aku juga takut cokkkkk!!! Numpang nginep semalem lahhhhh!!!” (pungkas Supar)
“Yaudah, ayokkk dahh semua masuk rumahku. Ayooo amannnn di sini harusnyaaaa.”
Dan…. beruntungnya usai kami masuk ke rumah, ambil air wudhu, dan tidur secara berjamaah (tenyata gak cuma sholat yang berjamaah, haha) si Kuntimommy beserta gerombolan anak pinaknya itu tidak mengikuti.
“Alhamdulillahhhhhhhhhh.”
Namun, sebelum kami berempat memejamkan mata, tiba-tiba si Tarno yang biasanya paling berfikir logis di antara kami tiba-tiba nyeletuk.
“Eh, ndes… sebentar… sebentar….” (mencoba mengeningkan suasana)
“Kalian deng…” (belum selesai Tarno merapalkan kalimatnya, tiba-tiba terdengar)
“khi…”
“OH FAKKK! T_T”
--------------------
Cerita:
Robby Gustiantoro
Penyunting:
Hadiid Abdurrohman
2 Komentar
The Casino Of Richmond, Virginia - MapyRO
BalasHapusThe Casino of Richmond is located in Downtown Richmond, Washington and is a casino 목포 출장안마 on the Qualla 파주 출장마사지 Boundary in the Virgin 진주 출장안마 Islands. 경주 출장샵 The casino is 경상남도 출장샵 located in
The Best Slots | Casino Roll
BalasHapusThe best casinosites.one slots at 메이피로출장마사지 Casino Roll. If you casino-roll.com love table games, to play blackjack, https://octcasino.com/ you have to bet twice for the dealer to win. worrione The dealer must